Sejarah Desa Cimanggu
Narwat (1814 - 1846)
Sebagaimana kita ketahui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ± 350 tahun di jajah oleh Belanda, dimana pada masa itu segalanya diatur oleh Pemerintahan Belanda. Pada waktu penjajahan Belanda tersebut tepatnya tahun 1814 pemerintahan Belanda menduduki dan menguasai wilayah khusunya diwilyah Cimanggu tepatnya di kampung Pangkalan sehingga membentuk markas di kampung Pangkalan oleh karena itu karena para penjajah memerlukan bantuan dan kebutuhannya maka dibentuklah sebuah pemerintahan didaerah tersebut dengan nama Desa Cimanggu yang mana daerah ini dinamakan Cimanggu bahwa dahulunya terdapat sebuah pohon manggis yang tinggi besar tumbuh dihulu sumber air bersih yang seakan oleh warga dikeramatkan maka karena menurut masyarakat pohon tersebut keramat dipakailah nama daerah yaitu Cimanggu yang diartikan Kayu Manggis tumbuh di Mata air (Manggu menurut orang Sunda) dan dibangun sebuah bale pertemuan dikampung pangkalan.
Sehingga sejak tahun 1814 tersebut diresmikanlah berdirinya Desa Cimanggu, dengan hasil musyawarah dan mufakat antara warga masyarakat dengan kolonial Belanda ditunjuklah seorang tokoh masyarakat dari kampung Pangkalan tersebut yang bernama NARWAT.
Dalam pembentukan Desa ini ditetapkan oleh Pemerintahan Belanda dengan luas desa ± 606,060 Ha dan ditetapkan bahwa batas desa sebagai berikut:
- Sebelah Utaras : berbatasan dengan desa Cipada
- Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Pasirlangu
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Pasirhalang
- Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Ngamprah
Desa Cimanggu dipimpin oleh Narwat selaku lurahnya dan bertanggungjawab kepada pemerintahan Belanda yang saat itu Belanda bermarkas besar di Padalarang sehingga Desa Cimanggu ini ber ibu kota Kecamatan di Padalarang.
Selama pemerintahan Desa yang dipimpin oleh Narwat kebebasan sangat terbatas dan seakan seluruh warga dikekang untuk melakukan apapun bahkan semua hasil bumi yang di peroleh oleh warga harus menyetorkannya kepada pihak Belanda.
NARWAT memimpin Desa Cimanggu dari tahun 1814 sampai dengan tahun 1846 selama itu pemertintahan berada dalam pengawasan dan kekuasaan Belanda seluruh warga tidak diberikan keleluasaan dalam bertindak apapun, setelah beberapa tahun memimpin Narwat mengundurkan diri dari jabatan Kepala Desa Cimanggu, sehingga pada Tahun 1846 diadakan rapat musyawarah untuk menentukan penggantinya.
Bia Saudi (1846 - 1868)
Dengan lengsernya Narwat dari jabatan Kepala Desa Cimanggu tahun 1846 Pemertintahan colonial Belanda melakukan pemilihan pemimpin di Desa Cimanggu dengan hasil musyawarah ditunjuk BIA SAUDI seorang tokoh masyarakat yang berwibawa yang berdomisili di kampung pangkalan.
Kepemimpinan Bia Saudi tidak jauh halnya dengan kepemimpinan Narwat karena masih dalam pengawasan dan kekuasaan Hindia Belanda namun kepemimpinan beliau sangat arif dan bijaksana terhadap warga masyarakat desa.
Bia Saudi mulai dengan rencana-rencana untuk melawan pemerintah Belanda agar mundur dari Desa Cimanggu karena untuk mengharapkan ketertiban dan ketentraman warga Desa.
Kepemimpinan Bia Saudi kuran lebih 22 tahun dari tahun 1846 sampai dengan tahun 1868 yang mana selama itu tidak diberikan kebebasan oleh pemertintah Belanda segala aturan dan ketentuan diatur oleh Belanda, setelah beberapa tahun tersebut beliau mengundurkan diri dari jabatannya memimpin desa.
Sarif Hidayat Aliyudin (1868 - 1904)
Setelah berhentinya Bia Saudi memimpin Pemerintahan Desa Cimanggu warga masyarakat desa melaksanakan musyawarah mufakat untuk kembali memilih pemimpin pemerintahan dimana pelaksanaan pemilihan bertempat di markas colonial Belanda tepatnya di kampung Pangkalan Desa Cimanggu, dan hasil dari kesepakatan seluruh warga memilih seorang tokoh yang terbilang gagah berani dan keras yaitu seorang tokoh masyarakat di kampung Pangkalan yang bernama SARIF HIDAYAT ALIYUDIN yang lebih dikenal dengan nama MBAH ALIYUDIN, beliau melaksanakan memimpin pemerintahan sangat keras gagah dan berani karena beliau adalah seorang pendekar yang sudah terkenal kemampuannya bukan hanya didaerah pangkalan tetapi beliau terkenal sampai ke daerah Serang Banten.
Dalam menjalankan pemerintahan sehari-harinya tidak ada seorangpun warga yang berani menolak segala aturannya begitu pula kaum penjajah mulai tersisihkan karena karakteristik beliau.
Beliau melaksanakan pelayanan masyarakat dirumahnya,dan bale desa dipake apabila ada rapat saja sehingga oleh beliau rumah dijadikan kantor pelayanan,beliau memerintah sangat lama karena tak satupun warga yang mau menggantikan kepemimpinan yang begitu berani dan cerdik dalam melaksanakan tugas,seluruh warga turut dan takut bahkan desa terasa aman dan nyaman pihak luar pun tidak berani melakukan hal-hal yang menentang pemerintahan beliau.
Beliau memimpin jalannya pemerintahan selama 36 tahun dari tahun 1868 sampai dengan tahun 1904 menggantikan Bia Saudi, dan setelah begitu lama memimpin beliau mengundurkan diri dari jabatannya.
Nursiman (1904 - 1913)
Dengan mundurnya Aliyudin pemerintah Belanda merasa Desa Cimanggu kehilangan pemimpinnya dan dengan tegas pemerintah Belanda menginstruksikan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk segera menentukan pemimpinnya dan dengan kesepakatan warga maka dilaksanakanlah pemilihan yang bertempat di bale, dengan hasil pemilihan terpilih seorang tokoh masyarakat yang berasal dari kampung Cimanggu yaitu NURSIMAN atau yang lebih dikenal dengan nama H.UMAR.
NURSIMAN melaksanakan dan melayani pemerintahan di rumahnya yaitu di Cimanggu dan Bale desa hanya dipake apabila ada rapat-rapat atau pertemuan, kepemimpinan Nursiman jauh berbeda dengan Aliyudin yang keras tetapi disini Nursiman malah sebaliknya tetapi dengan karakter beliau masyarakat menjadi segan juga kepadanya, meskipun gangguan dari luar kembali datang selain dari penjajah yang sudah ada.
Dimana pada waktu itu kembali seluruh warga harus menyetorkan upeti kepada kaum penjajah setiap bulan dan setiap panen, karena beliau sering sakit-sakitan maka setelah selama hampir 9 tahun memimpin desa beliau mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala desa.
Poeradiredja (1914 - 1930)
Dengan berakhirnya jabatan Nursiman maka kembali pemerintahan Desa Cimanggu melakukan pemilihan yang bertempat di Bale Desa Cimanggu di kampung Pangkalan dengan hasil perolehan suara didapat oleh POERADIREDJA seorang tokoh yang terkenal arif dan bijaksana dari kampung Pangkalan, pada masa itu Desa Cimanggu masih diduduki kaum penjajah.
Karakter dari Poeradiuredja dalam memimpin masyarakat begitu luwes dan sangat bijaksana dan beliau paling mencintai kebersihan lingkungan sehingga meskipun Desa Cimanggu berada di kampung kebersihannya sangat terjamin apalagi beliau selalu menyarankan kepada warganya untuk lebih meningkatkan kesehatan lingkungan. Dalam kesehariannya beliau memimpin desa begitu luwes sehingga masyarakat begitu patuh kepada beliau sehingga beliau mendapatkan penghargaan dari pemerintah Lurah terbaik se-wilayah Kewadanaan Padalarang.
Poeradiredja memimpin Desa Cimanggu dari tahun 1914 sampai dengan tahun 1930 dan karena beliau sudah merasa cukup tua maka beliau mundur dari jabatannya.
Koesnadi Poeradiredja (1931 - 1949)
Setelah Poeradiredja mundur dari jabatannya sebagai Lurah maka dilaksanakan pemilihan kembali dan kini giliran anaknya yang terpilih sebagai Lurah di Desa Cimanggu yaitu KOESNADI POERADIREDJA.
Koesnadi adalah anak dari Poeradiredja yang terpilih oleh warga masyarakat dimana pada saat itu desa Cimanggu telah beralih diduduki penjajah yang tadinya diduduki Belanda sekarang diduduki oleh Jepang.
Dalam suasana penjajahan Jepang Koesnadi memimpin Desa Cimanggu dan segala aturan yang ada harus patuh kepada pemerintah Jepang. Namun pada saat inilah seluruh lapisan masyarakat diwajibkan mengikuti kegiatan bela Negara sehingga dimanfaatkan oleh Koesnadi selaku lurah untuk menindak lanjuti kepada seluruh warganya.
Dengan hasil kejelian dan memanfaatkan situasi ini mulailah Koesnadi melakukan instimidasi kepada bangsa Jepang dan secara diam-diam melakukan perlawanan memerangi penjajah untuk mengusirnya dari bumi desa Cimanggu. Koesnadi memimpin desa Cimanggu selama 18 tahun yaitu dari tahun 1931 sampai dengan tahun 1949 setelah itu beliau berhenti dari jabatannya.
Masri (1950 - 1955)
Berakhirnya masa kepemimpinan Koesnadi maka masyarakat melaksanakan kembali pemilihan Lurah dan pada waktu itu terdapat 2 orang yang dicalonkan yaitu Masra dan Masri kakak beradik dengan pelaksanaan pemilihan dilakukan di Cimeta dan hasil dari suara terbanyak terpilihlah MASRI adiknya.
MASRI adalah seorang tokoh masyarakat dari kampung Cibaligo yang dipilih oleh warga masyarakat, beliau melaksanakan jalannya roda pemerintahan tidak di bale desa melainkan dirumahnya yaitu di kampung Cibaligo.
Dalam melaksanakan tugasnya beliau dibantu oleh istrinya yang bernama Deharonah, disinilah Deharonah berperan aktif melaksanaka kegiatan pemerintahan yang dipimpin suaminya seakan-akan Deharonahlah yang menjadi Kepala Desa karena setiap kegiatan dan pelayanan masyarakat dilakukan oleh beliau.
Masri memimpin Desa selama 5 tahun dari tahun 1950 sampai tahun 1955 dan setelah itu beliau berhenti menjadi kepala Desa Cimanggu.
Ardiredja (1956 - 1965)
Dengan berakhirnya masa jabatan Masri, maka di desa Cimanggu dilaksanakan kembali pemilihan kepala desa dimana pada saat itu terpilih seorang tokoh masyarakat dari Kampung Cimanggu bernama ARDIREDJA.
Dalam melaksanakan pelayanan masyarakat beliau sudah mulai menempati Bale Desa meskipun masih sering melaksanakan pelayanan masyarakat di rumahnya yaitu di kampung Cimanggu.
Dalam kesehariannya Ardiredja melayanan masyarakat dan tindakannya sangat arif dan bijaksana serta sangat penuh pertimbangan dalam melakukan tindakan, disinilah mulai ditata adminstrasi desa dengan benar dan dilakukan pemetaan wilayah desa Cimanggu yang saat itu masih ber-ibu kota kecamatan di Padalarang.
Karena saat itu desa Cimanggu sudah mulai terkenal dengan hasil buminya maka timbulah pergolakan politik dan terjadi penyerbuan oleh sekelompok gerombolan dengan mengatasnamakan Darul Islam, dimana kelompok itu mengacaukan daerah dengan membabi buta melakukan perampokan dan perampasan kepada warga masyarakat, sehingga masyarakatpun beringas melakukan perlawanan yang hebat dibawah komandu Ardiredja dan bantuan dari pihak Kodim dan Koramil juga Kepolisian.
Pemberontakan tersebut terjadi pada tahun 1962 dan berlangsung lama sehingga baru tahun 1965 dapat diatasi dan dilumpuhkan mengingat usianya yang mulai tua maka Ardiredja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin desa di Desa Cimanggu, sehingga masyarakat bersikeras untuk melakukan kembali pemilihan, dikarenakan saat itu masih belum ada calon maka untuk melaksanakan kepemimpinan desa ditunjuk seorang pegawai kewadanaan yang bernama Sudarno.
Pjs. Sudarno (1965 - 1968)
Sehubungan dengan belum adanya pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa di Desa Cimanggu maka untuk mengisi kekosongan diisi oleh seorang perangkat keawadanaan yaitu SUDARNO.
Beliau memimpin Desa Cimanggu selama kurang lebuh 3 tahun dan bekerjasma dengan pembina desa bernama Maman yang saat itu ditugaskan dari Kodim Cimahi untuk membina di desa, karena seluruh masyarakat merasa tidak enak dipimpin oleh warga dari luar maka para tokoh masyarakat mendesak pemerintah kecamatan untuk segera melaksanakan pembentukan panitia pemilihan kepala di desa Cimanggu dan hasil kesepakatan maka dibentuklah panitia untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
Maman Ure (1968 - 1983)
Atas dasar hasil pemilihan seluruh warga desa Cimanggu maka terpilihlah MAMAN URE sebagai kepala Desa, beliau terpilih karena sudah dikenal warga sehingga beliaulah yang menjadi pemimpin di desa Cimanggu. Dalam memimpin desa beliau sangat keras dan tegas dalam melakukan tindakan sehingga terkenal dengan sebutan Kepala Desa yang galak.
Dalam melakukan tindakan Maman Ure tidak pilih kasih baik itu terhadap warga desa apalagi warga luar desa yang melakukan keonaran di desa, sehingga desa mulai berangsur aman dari gangguan luar dan dalam, bahkan beliau berjuang memimpin desa dengan melakukan pembangunan-pembangunan diwilayah mulai dari kegiatan kerja bakti padat karya membangun jalan-jalan dilingkungan dan tanggulan air untuk kebutuhan masyarakat desa.
Sehingga meskipun beliau terkenal keras beliau sangat dihargai masyarakat dan beliau sangat dekat dengan masyarakat terutama para tokoh dan pemuka masyarakat untuk minta saran dan pendapat dalam memajukan desa Cimanggu.
Dengan kedekatan beliau mulai dari bawah sampai ke atas beliau memipin desa selama hampir 15 tahun menjabat Kepala Desa Cimanggu.
Pjs. D. Supardjat (1983 - 1986)
Dengan berakhirnya jabatan Maman Ure menjadi kepala Desa maka kepemimpinan Desa Cimanggu kosong untuk mengisi kekosongan tersebut maka pemerintahan Kecamatan yang saat itu sudah dibentuk kecamatan di Ngamprah pihak Kecamatan menugaskan seorang perangkatnya untuk memimpin Desa Cimanggu yaitu D. SUPARDJAT.
Dalam kepemimpinan beliau Desa Cimanggu semakin berkembang dan maju karena seluruh masyarakat mendukung pemerintahan beliau yang mana saat beliau memimpin pemerintahan sangat arif dan bijaksana sehingga warga sangat mengayomi dan menghargai kepemimpinan beliau.
D.Supardjat memimpin Desa Cimanggu selama kurang lebih 3 tahun yaitu dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1986, dan setelah dibentuk kepanitian pemilihan Kepala Desa beliaupun ikut mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Desa Cimanggu, dan berakhirlah beliau memimpin Desa karena akan dilaksanakan pemilihan.
Sukandar (1986 - 2003)
Dengan hasil pemilihan yang dilaksanakan seluruh warga masyarakat mengenai calon kepala desa maka yang meraih suara terbanyak saat itu adalah SUKANDAR dari kampung Pangkalan, beliau adalah seorang putra daerah yang saat itu berstatus sebagai tenaga pengajar di sekolah dan karena atas dasar pengajuan dari warga masyarakat kepada pihak dinas maka beliau diperbolehkan untuk ikut mencalonkan diri menjadi calon Kepala Desa Cimanggu.
Dan hasil pelaksanaan pemilihan beliau meraih suara terbanyak sehingga beliaulah yang menjadi Kepala Desa Cimanggu Kecamatan Ngamprah.
Dalam melaksanakan roda pemerintahan beliau sudah menempati kantor Desa tidak seperti halnya para Kepala Desa sebelumnya yang melaksanakan pelayanan masyarakat dirumahnya.
Beliau melaksanakan pemerintan tidak jauh beda dengan Maman Ure beliau keras dalam menyelesaikan masalah terutama yang mengganggu terhadap keamanan dan ketertiban. masyarakat, terutama beliau sangat membenci terhadap para pengacau dimasyarakat namun beliau sangat mengutamakan untuk kemajuan Desa Cimanggu sehingga disitulah mulai Desa maju dan berkembang baik dari bidang pertanian, kesehatan dan keamanannya sehingga segala bantuan dari pemerintah pusat mulai banyak dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari penerangan listrik dan pengaspalan jalan begitu pula kesehatan sangat meningkat karena beliau menganjurkan sekali akan program Keluarga Berencana, dan untuk program pertanian beliau membentuk kelompok-kelompok tani untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Beliau menjabat Kepala Desa Cimanggu selama 2 periode yaitu sejak tahun 1986 dan berakhir pada tahun 2003 setelah 2 kali pemilihan beliau terkena aturan untuk mengikuti lagi pencalonan kepala desa.
Andik Nahdili (2003 - 2014)
Dengan telah berakhirnya masa jabatan Kepala Desa yang dipimpin Sukandar maka para Lembaga Desa yang ada di Desa Cimanggu segera membentuk kepanitian pemilihan dan akhirnya setelah terbentuk maka dilaksanakan pemilihan dan akhirnya yang terpilih sebagai Kepala Desa yaitu ANDIK NAHDILI seorang anggota Lembaga Desa dari kampung Pangkalan dimana dalam pelaksanaan pemilihan beliau meraih suara terbanyak.
Kepemimpinan Andik Nahdili semakin maju Desa ini dengan memanfaatkan segala bantuan pemerintah dan pengajuan dari tingkat Desa, dalam kesehariannya beliau sangat sederhana dan bijaksana dalam pelayanan kepada masyarakat juga beliau selalu dekat dengan masyarakat. Karena beliau adalah seorang tokoh ahli pembangunan terutama dalam hal perpipaan maka pembangunan di desa diutamakan perpipaan air bersih untuk masyarakat.
Dibidang Kesehatan beliau mendirikan sebuah tempat kesehatan yaitu Puskesmas Pembantu dimana untuk pelayanan ksesehatan masyarakat dibuka seminggu 2 kali. Pemerintahan Desa Cimanggu semakin maju dan berkembang terutama dibidang pembangunan kemasyarakatan dan olahraga, juga kemajuan dimasyarakat dapat dirasakan oleh seluruh lapisan dari mulai masyarakat bawah sampai masyarakat atas.
Beliau tidak jauh beda dengan kepala desa sebelumnya yang memimpin Desa selama 2 kali pemilihan beliaupun memimpin Desa selama 2 periode, dan saat memasuki periode kedua beliau jatuh sakit sehingga sangat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan di desa Cimanggu, dan memasuki masa purna bakti jabatannya untuk kepemimpinan desa di pegang oleh Sekretaris Desa.
Setelah habis masa jabatannya maka dilaksanakan kembali pemilihan kepala Desa yang baru untuk memimpin Desa Cimanggu periode selanjutnya.
Pj. Budi Mulyana (2014 - 2015)
Budi Mulyana merupakan putra dari Andik Nahdili yang waktu itu masih menjabat sebagai Sekretaris desa, karena pada saat itu Andik Nahdili jatuh sakit dan sangat mempengaruhi pada kinerja jalannya roda pemerintahan yang di pimpin oleh beliau, maka di adakanlah musyawarah oleh BPD, RT RW, tokoh Masyarakat dan Perangkat Desa Cimanggu untuk mengadakan pemilihan Penjabat Sementara, dari hasil musyawarah tersebut maka telah di sepakati bahwa Budi Mulyana sebagai Penjabat sementara Desa Cimanggu selama 1 (satu) tahun.
Setelah masa habis jabatannya kemudian dilaksanakan kembali pemilihan Kepala Desa yang baru untuk memimpin Desa Cimanggu untuk priode selanjutnya.
Asep Suparman (2015 - 2021)
Dengan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa Cimanggu terdahulu maka diadakan pemilihan untuk pemimpin desa yang baru. Terpilihlah seorang tokoh pemuda yang berkecimpung di program PNPM yaitu ASEP SUPARMAN.
Asep Suparman adalah putra daerah asli dari Desa Cimanggu tepatnya warga kampung Pangkalan, beliau terpilih sebagai Kepala Desa Cimanggu untuk periode tahun 2015-2021.
Beliau adalah sosok yang banyak dikenal oleh masyarakat sebagai sosok yang tegas dan bertanggung jawab. Dengan menjabatnya beliau pembangunan di Desa Cimanggu cukup maju dan berkembang.
Pj. Dadang Mulyana (September 2021 - Desember 2021)
Dadang Mulyana adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Kecamatan Ngampah, beliau di tugaskan oleh kecamatan untuk mengisi kekosongan kepala desa yang ada di wilayah Kecamatan Ngamprah.
Dadang Mulyana hanya menjabat selama selama 3 (tiga) bulan saja. Maka dari itu dalam ke pemimpinannya, beliau sangat memaksimalkan kinerja sebagai kepala desa. Dadang Mulyana sangat di kenang oleh masyarakat Desa Cimanggu khususnya oleh perangkat desa karena beliau sangat murah hati, dermawan dan bijaksana dalam pelayanan masyarakat.
Walaupun kepemimpinannya sangat singkat akan tetapi beliau sangat di kenang oleh masyarakat karena dapat meninggalkan jejak pembangunan di antaranya seperti pengaspalan jalan, pembangunan drainase dan pembangunan Tembok Penahan Tebing (TPT).
Setelah habis masa jabatannya maka dilaksanakan kembali pemilihan kepala Desa yang baru untuk memimpin Desa Cimanggu periode selanjutnya.
Budi Mulyana (2021 - Sekarang)
Dengan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa Cimanggu yang telah di pimpin oleh ASEP SUPARMAN maka dari Pemerintah Kabupaten Bandung Barat mengadakan pemilihan Kepala Desa serentak dan terpilihlah BUDI MULYANA sebagai Kepala Desa Cimanggu.
Dengan beberapa pengalaman yang ditempuh maka Budi Mulyana sangat bertanggung jawab dan Amanah sebagai kepala Desa Cimanggu, pengalaman tersebut diantaranya :
- Sebagai Sekertaris Desa Cimanggu selama 13 Tahun
- Pj Desa Cimanggu selama 1 tahun
- Pj Desa Cimareme selama 1 Tahun
- Sebagai Kasi PMD di Kecamatan Ngamprah
BUDI MULYANA merupakan asli putra daerah dari Desa Cimanggu lebih tepatnya warga Kampung Pangkalan yang merupakan anak dari Kepala Desa yang ke-13 (Tiga Belas) yaitu ANDIK NAHDILI, beliau memiliki visi TERWUJUDNYA MASYARAKAT DESA CIMANGGU BERBUDI “Bersih, Unggul, Dinamis, Islam, dan Amanah”, dengan visi tersebut beliau mengajak masyarakat untuk berpegang teguh pada prinsip agama dan adat istiadat yang berlaku sehingga lingkungan bersih dan sehat
Beliau adalah sosok yang murah hati, dermawan dan ramah kepada masyarakat sehingga dapat memberdayakan ekonomi desa salah satunya adalah menghidupkan kembali BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang belum maksimal. Serta rancangan kegiatan-kegiatan yang lain seperti Pemberdayaan SDM dan SDA berkolaborasi Bersama dengan Karang Taruna, Kelompok Tani, dan Aset Desa.
Walapun kepemimpinannya baru satu tahun terhitung dari 2021 sampai postingan ini di publikasikan beliau sangat arif dalam melaksanakan pembangunan dan pemberdayaan. Masyarakat dan Lembaga-lembaga merasa dihargai, merasa aman, senang dan nyaman dalam kepemimpinan Budi Mulyana walaupun baru menginjak satu tahun